Forum Kebersamaan Image MDC Bintaro

Monday, May 28, 2007

BERKAT SEUMUR HIDUP

Namanya Budi (nama samaran), bapaknya telah meninggal sejak ia masih kecil. Ia dan abangnya dibesarkan oleh ibunya. Kehidupannya jauh dari sederhana, demikiana juga rumahnya. Tikus sudah menjadi bagian dari penghuni rumah tersebut. Lingkungannya bukan daerah yang bisa membangun karakter seseorang menjadi baik. Minuman keras, narkoba adalah daerah yang akrab ditempat ia tinggal. Abangnya telah bekerja dan membantu keluarganya. Budi baru saja tamat SMA dan mempunyai cita-cita menjadi pegawai pemerintah.
Bapak pendeta meminta kami membuat kelompok sel pemuda dirumah Budi. Pertama kali memasuki daerah ini kami berdoa. Berdoa agar kami merasa aman dilingkungan ini dan juga agar kami tidak muntah saat memasuki daerah ini. Kami khawatir muntah akan menyinggung perasaan teman kami dan penduduk sekitarnya. Pelayanan kami tidak akan pernah berhasil bila ini terjadi. Lingkungan ini kurang sehat dalam arti berbau, kotor. Perumahan sangat rapat dan memang kurang bersih.

Didalam kelompok sel pemuda jumlah kami tidak banyak. Total jumlah kami saat kebaktian paling banyak tujuh orang dan inipun jarang terjadi. Terus terang sangat sulit menjamah pemuda didaerah ini dan kami tahu banyak yang tidak suka dengan kegiatan kami.

Saat itu Budi sedang mengalami pergumulan berat, baik masalah keuangan, masa depan maupun dalam masalah pergaulan dilingkungannya. Kemungkinan untuk menjadi pemabuk atau pecandu narkoba sangat besar sekali, terutama setelah ia tamat SMU dan belum bekerja. Puji Tuhan seorang rekan kami, Susi (nama samaran) banyak membantu mengarahkannya agar tetap kuat didalam Tuhan. Tanpa rekan kami ini, kami tidak dapat membayangkan apa yang akan terjadi pada Budi.

Budi mempunyai cita-cita menjadi pegawai pemerintah. Ia bersaksi tidak sekali didepan pemuda maupun saat doa malam bahwa ia sangat ingin sekali menjadi pegawai pemerintah. Ia juga meminta kami agar tetap mendoakannya. Sejujurnya kami pemuda sangat khawatir dengan rencananya ini. Jujur saja kami ragu akan kemampuannya. Saat itu menjadi pegawai pemerintah sangat sulit sekali. Dari banyak calon pelamar hanya sedikit yang diterima. Lebih dari itu seandainya ia gagal, kami merasa yakin ia akan putus asa. Tetapi ia tetap yakin bahwa Tuhan akan membuatnya berhasil.

Enam bulan sebelum penerimaan penerimaan pegawai pemerintah, beberapa pemuda berdoa baginya bahkan ada juga yang berpuasa. Kami membawa permohonannya didalam kelompok sel maupun dalam doa pribadi kami.

Budi lulus ujian penerimaan pegawai pemerintah melalui seleksi yang sangat ketat dan dengan modal Percaya kepada Tuhan saja. Kami semua sangat bersuka cita. Seminggu setelah dinyatakan lulus, Budi mengadakan pesta syukuran atas kelulusannya, ia mengundang tetangganya . Kami diundang dan ada sukacita pada keluarga ini saat merayakan kelulusannya. Kami melihat cerahnya wajah Budi dan orang tuanya.

Saya pribadi sangat bersuka cita saat itu. Bila ia gagal bisa dibayangkan apa yang terjadi. Untuk keluar dari lingkungan mereka bukan hal yang gampang. Kemungkinan akan menjadi pecandu narkoba dan minuman keras besar sekali. Lebih dari itu, semua kebaktian yang diadakan dirumahnya akan sia-sia. Semua janji yang telah kami ucapkan berdasarkan FirmanNya akan sia-sia. Juga semua doa-doa kami akan sia-sia.

Menjadi pegawai pemerintah dengan hanya menyandang ijazah SMA bagi sebagian besar orang merupakan hal yang lumrah. Bagi Budi dan kami, ini adalah hal yang luar bisa dan akan menjadi kenangan seumur hidup kami.

Kelompok sel di rumah Budi sudah tidak ada lagi. Budi telah mengikuti pelatihan pegawai pemerintahan. Meskipun begitu Tuhan telah meninggalkan mujizat didaerah tersebut. Didaerah dimana harapan untuk maju sangat tidak mungkin telah menjadi nyata oleh karena Tuhan Yesus.

Sekalipun aku dicemoohkan oleh sahabat-sahabatku, namun ke arah Allah mataku menengadah sambil menangis. Supaya Ia memutuskan perkara antara manusia dengan Allah dan antara manusia dengan sesamanya. (Ayub 16: 20,22 )

0 Comments:

Post a Comment

<< Home