Forum Kebersamaan Image MDC Bintaro

Wednesday, October 04, 2006


3 Pertanyaan “How to Dress Well” yang Sering Diajukan oleh Para Wanita
Oleh Ida S. Santosa
Print Email

Bagaimana Mengenakan Setelan Hitam?
====================================
Setelan berwarna hitam yang menonjolkan kesederhanaan dan bentuk tubuh yang langsing seringkali membuat Anda senang mengenakan busana keren yang berwarna gelap atau hitam sepanjang waktu. Namun, berhati-hatilah supaya gaya Anda tidak membosankan.
Solusinya adalah mengenakan warna hitam dari kepala sampai kaki tanpa mengakibatkan reaksi emosional dari orang lain.

Untuk memastikan penampilan Anda tidak akan membosankan, ikutilah tips berikut:
-Pertama, pastikan setelan Anda terdiri dari tektur atau bahan yang menarik & sepadan. Contohnya atasan beraksen renda jaman viktoria berpasangan dengan bawahan dari beludru, kaus, atau kulit yang modern. Padukan atasan sutra, tule, sifon & kaus yang feminine berpasangan dengan bawahan berbahan wol & jeans yang kokoh.
-Kedua, jagalah penampilan Anda tetap feminin. Caranya dengan memilih pakaian yang berpotongan feminin—pas memeluk tubuh—janganlah yang terlalu longgar.
- Ketiga, padukanlah dengan sepatu yang manis, seperti sepatu pumps atau wedges, bukan sepatu sneakers.
-Terakhir, tambahkan sentuhan warna yang bersemangat dengan mengoleskan lipstick warna buah-buahan yang terang.


Bagaimana Mengenakan Blazer?
==============================
Blazer yang pas badan sekarang sedang in, baik blazer berbahan kasual seperti korduroi atau blazer berbentuk jas berbahan wol. Blazer memberi kesan berwibawa & menambah umur Anda. Tapi jangan enggan mengenakan blazer. Berikut ini adalah tips memilih dan mengenakan blazer sehingga ketika mengenakan blazer Anda tetap terlihat muda & menarik.

Tip mengenakan blazer yang tepat
Pastikan blazer Anda menempel pas pada ketiak Anda, tapi pastikan juga Anda masih dapat mengancingkannya sehingga Anda masih dapat menggerakkan lengan Anda dengan leluasa.
Tip dari Penata Gaya
Cara yang paling keren untuk mengenakan blazer adalah dengan hanya mengancingkan kancing paling atas. Dapat juga dengan memilih blazer berkancing 1 atau 3. Atau blazer bergaya feminin dengan tali yang dapat di pita.

Petunjuk Pasangan Blazer yang Tepat
Jangan mengenakan blazer berpasangan dengan dalaman yang berukuran besar dan berbahan tebal. Blazer pasti terlihat menarik bila dipasangkan dengan sweater tipis, kaos tank-top, atau kaos t-shirt mungil sebagai dalaman. Pastikan warna blazer dan warna dalaman cukup kontras, contohnya hitam & putih.

Blazer yang Slim & Fit
pas dan melekat pada bentuk tubuh—cukup feminin dan menarik tanpa menambah dalaman.

Bagaimana mengenakan Rok Pensil?
================================
Keberadaan rok pensil yang bentuknya membingkai tubuh Anda, memang sangat menggoda. Tapi rok macam ini juga layak dipakai, bahkan dalam suasana formal. Untuk penampilan yang sopan dan formal, serta mengurangi kesan seksi, Anda dapat mencoba tips berikut ini:

Pilihan Warna
Pakailah rok pensil yang berwarna gelap. Pasangkanlah dengan blouse atau sweater berwarna terang atau lembut. Warna gelap membuat tubuh Anda terlihat mengecil dan warna terang menambah volume.

Proporsi
Pilihlah atasan yang menutup beberapa senti (minimal 5 cm) dari ujung atas rok pensil Anda. Bila Anda mengenakan blouse yang lebih panjang (minimal 10 cm dari ujung atas rok), blouse tersebut akan menutup sampai bagian terbesar dari pinggang Anda. Atau kenakanlah blazer pas badan, dengan dalaman. Biarkan kancingnya terbuka pada kesempatan informal.

Sepatu yang Tepat
Bila mengenakan rok pensil, pasangan yang terbaik adalah sepatu hak tinggi. Pilihlah ketinggian sepatu yang mampu Anda handle.


Menjadi Pribadi yang Menarik dan Menyenangkan
Oleh Indayati Oetomo
Print Email

Kepribadian menarik berasal dari sifat asli seseorang, namun perkembangannya sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang membentuknya.

CITRA POSITIF
Orang dengan kepribadian yang menarik adalah mereka yang selalu memunyai pola pikir positif. Pola pikir positif, akan mendukung sikap positif yang akhirnya akan menciptakan citra positif dan akan dilihat positif pula oleh orang lain.

Menampilkan citra positif tidak hanya saat harus berbicara di depan umum. Melainkan juga dalam kehidupan sehari-hari, orang-orang ketika melihat diri kita yang sesungguhnya. Karena sesuatu yang dibuat-buat pasti tidak akan bertahan lama.
Ada tiga unsur yang menentukan pribadi menarik seseorang, yaitu penampilan, kecerdasan, dan moral. Penampilan yang baik merupakan daya tarik pertama dan menentukan ketertarikan orang lain kita. Setelah itu, kecerdasan kita akan terlihat saat kita terlibat dalam pembicaraan. Orang yang cerdas adalah orang tidak kuper dan selalu nyambung untuk membicarakan berbagai hal. Selanjutnya, semakin lama, moral akan terlihat dari bagaimana cara berbicara, serta sopan santun.
Berada dalam urutan terakhir, justru moral yang paling berpengaruh. Moral yang baik akan mendukung penampilan yang baik dan kecerdasan seseorang. Orang yang memiliki moral baik, tidak akan iri dan menutup diri, ketika melihat orang lain lebih unggul. Ia justru bersedia membuka diri dengan belajar dari orang tersebut.

MENARIK DALAM PERGAULAN KERJA
Dalam bergaul dengan banyak orang, kita pasti akan menemukan orang-orang dengan berbagai macam karakter dan kepribadian. Bisa saja, orang terlihat menarik tapi semakin lama berteman, ternyata orang tersebut memiliki perilaku buruk.

Dalam kondisi seperti itu, yang harus kita lakukan adalah pandai-pandai mengontrol diri dan tidak ikut terbawa pengaruh buruk. Biasanya, jika kita sudah memiliki cara pandang positif, kita juga mampu mengontrol diri. Mampu menjaga jarak, tetap saling menyapa, tapi tidak antipati dan memusuhi. Sehingga, di mata orang tersebut, kita tetap memiliki pribadi yang menarik.
Memiliki pribadi yang menarik, dalam pekerjaan juga harus selalu ditunjukkan. Selalu ringan tangan membantu teman untuk menyelesaikan pekerjaannya meskipun itu bukan tugas kita. Miliki pula sense of responsibility yang tinggi.

Kita harus terus meningkatkan pribadi menarik dan menyenangkan sehingga ketika harus berhubungan dengan orang yang lebih tinggi kedudukannya, kita tidak akan minder. Sebaliknya, saat bergaul dengan kalangan bawah, kita tidak bersikap sombong dan mampu mengontrol diri.
Orang yang memiliki pribadi yang menarik pasti tidak bisa menahan diri untuk bertindak positif. Meskipun berhadapan dengan orang yang tidak menyenangkan, ia tetap ramah dan mau menyapa lebih dulu.

MELATIH DIRI
enjadi pribadi yang menarik dan menyenangkan sesungguhnya bisa dilatih. Tergantung seberapa besar keinginan kita untuk maju dan berkembang. Orang lain tidak bisa memaksa, hanya diri sendiri yang bisa menentukan. Pada dasarnya, tidak ada pribadi yang tidak menarik. Tetapi, karena tidak bisa mengembangkan diri dengan maksimal; seperti merasa le­bih pandai dari orang lain, merasa puas diri dan merasa dari lahir sudah diciptakan se­perti ini, ia tidak menciptakan pribadi yang menarik dalam dirinya.

Dari lahir, mungkin Anda diciptakan “biasa-biasa” saja. Padahal, sesuatu yang alami, tetapi tidak didukung atau dipelihara, akan menghilang dan sia-sia. Jadi, mulailah untuk melatih diri Anda menjadi pribadi yang menarik dan menyenangkan diri sendiri serta banyak orang.

Diasuh oleh: Indayati Oetomo
Direktur Internasional John Robert Powers


Perubahan Keinginan
Oleh Benny Santoso, S,T.,M.Com.
Print Email

Setidaknya ada dua hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan “keinginan”, yaitu fokus keinginan dan cara untuk mencapainya.Keinginan seseorang sangat banyak dan bervariasi, tergantung sesuatu yang memengaruhi hidupnya. Ada orang yang hanya berfokus pada pemenuhan untuk mendapatkan harta benda, seperti rumah, mobil, dan sebagainya. Akibatnya mereka hanya berfokus pada upaya mendapatkan uang sebanyak mungkin. Ada pula orang yang berfokus pada keinginan untuk meraih prestasi, seperti posisi tertinggi di tempat kerja, paling pintar di sekolah, dan sebagainya. Akibatnya, waktu mereka akan dihabiskan untuk mencapai tujuan tersebut. Sebagian orang lainnya hanya memerhatikan keinginan rohani seperti pertapa, dan sejenisnya. Akibatnya, mereka tidak memerhatikan hal lain selain mendapatkan kepuasan rohani.

Beberapa orang terlihat memiliki keinginan yang tidak seimbang. Namun, ada pula orang yang sudah memiliki keinginan yang seimbang dalam hidup mereka. Cara seseorang mencapai keinginan juga beraneka ragam. Ada yang berusaha mencapai keinginannya sesuai dengan aturan dan etika yang berlaku. Ada pula yang berusaha mencapainya dengan menghalalkan segala cara.
Hidup setiap manusia dipenuhi dengan keinginan dan aktivitas mereka dipenuhi oleh usaha untuk mencapainya, baik orang yang sudah mengenal Tuhan maupun yang belum mengenal-Nya. Minimal ada empat kelompok orang percaya dilihat dari keinginan mereka dan cara mencapainya.

1. KEINGINAN TIDAK BERUBAH, CARA TIDAK BERUBAH
Banyak orang merasa sudah menyerahkan hidup mereka kepada Tuhan, tetapi keinginan mereka tidak berubah. Mereka tidak berusaha memahami keinginan Tuhan untuk hidup mereka, kemudian mencoba membuat keinginan Tuhan menjadi keinginan mereka.
Bahkan, cara mereka mencapai keinginan juga belum berubah. Mereka masih menghalalkan segala cara. Orang seperti ini tidak terlihat berbeda dengan orang belum mengenal Tuhan.

2. KEINGINAN TIDAK BERUBAH, CARA BERUBAH
Beberapa umat Tuhan mengalami perubahan pada cara mencapai keinginan. Dulunya mereka menghalalkan segala cara. Setelah mengenal Tuhan, mereka mau mengubah cara mencapai keinginan mereka sesuai firman Tuhan.
Masalahnya, mereka tetap akan mengalami konflik dalam hidup karena belum bisa mengubah keinginan. Mereka lebih berfokus pada materi lebih daripada menyenangkan hati Tuhan. Akibatnya, mereka akan mengalami frustrasi karena ba-nyak keinginan mereka yang belum terpenuhi.
Jika Anda termasuk golongan ini, Anda perlu mulai mengevaluasi keinginan Anda dan mulai mencoba membuat keinginan Tuhan menjadi keinginan pribadi Anda.

3. KENGINAN BERUBAH, CARA TIDAK BERUBAH
Beberapa umat Tuhan sudah berhasil mengubah keinginan mereka. Karena masih hidup di dunia, mereka masih memiliki keinginan yang berhubungan dengan materi. Namun, mereka bisa menambahkan keinginan untuk menyenangkan Tuhan. Mereka bisa mengerti keinginan Tuhan untuk hidup mereka dan berusaha mengejarnya. Hal ini sesuai denga firman Tuhan dalam Amsal 11:23, Keinginan orang benar mendatangkan bahagia semata-mata, harapan orang fasik mendatangkan murka (Ams. 11:23).
Sayangnya, mereka masih menghalalkan segala cara untuk mencapai keinginan, terutama keinginan yang berhubungan dengan uang. Akibatnya, mereka tetap merasakan konflik dalam hidup mereka.

4. KEINGINAN BERUBAH, CARA BERUBAH
Golongan keempat adalah mereka yang mengubah keinginan mereka sehingga bisa menyenangkan Tuhan sekaligus mengubah cara mereka untuk mencapainya.
Hati mereka sudah mulai bergeser dari keinginan yang hanya berdampak pada diri mereka sendiri ke keinginan yang bermanfaat bagi orang lain. Dalam diri mereka mulai timbul keinginan yang besar untuk membagikan apa yang mereka miliki kepada orang lain. Ayat dalam Amsal 21:26, “Keinginan bernafsu sepanjang hari, tetapi orang benar memberi tanpa batas” menjadi nyata dalam hidup mereka.

Meskipun memiliki keinginan untuk diri mereka, namun mereka memberikan banyak hal, termasuk uang, pada orang lain. Mereka mengerti benar bahwa Tuhan sudah memberikan semua yang Dia miliki untuk mereka, sehingga mereka bersedia memberikan milik mereka kepada orang lain.
Hidup orang dalam kelompok ini penuh sukacita dan damai sejahtera karena mereka hidup dalam kebenaran termasuk dalam mengejar semua keinginan yang mereka miliki.
Anda termasuk kelompok mana? Berusahalah untuk berada dalam kelompok keempat. Amin.

Diasuh oleh: Benny Santoso, S,T.,M.Com.
Penulis buku best seller All About Money


Asuransi Apa yang Tepat Buat Orang Muda?
Oleh Eko Endarto, RFA
Print Email

Hallo Tina,
Senang juga mendapatkan surat dari Tina, apalagi mengetahui bahwa rubrik ini memberikan manfaat. Asuransi pada dasarnya adalah suatu manfaat proteksi atau perlindungan atas risiko yang mungkin terjadi pada diri atau barang yang kita miliki. Nah, perusahaan asuransi berperan memindahkan kemungkinan risiko yang terjadi tersebut kepada mereka.

Artinya kalau Anda sebagai pemilik polis mendapatkan risiko atas diri maupun barang yang dimiliki, maka perusahaan asuransilah yang mengambil alih kerugian yang diakibatkan oleh risiko tersebut.

Anda tentu tahu cerita tentang 5 orang pelayan pintar dan 5 pelayan bodoh yang sedang menunggu mempelai. Sama seperti mempelai yang sedang ditunggu oleh para pelayan, risiko itu tidak dapat diduga kapan terjadinya dan bagaimana bisa terjadi pada kita. Jadi sama seperti pelayan yang pintar, ia akan mempersiapkan minyak yang lebih banyak untuk mengantisipasi risikonya yaitu kehabisan minyak sebelum mempelai pria datang.

Nah, Anda juga seharusnya seperti itu. Kita tidak tahu kapan risiko seperti sakit, kematian dan kehilangan bisa terjadi pada kita. Jadi, makin cepat Anda memiliki asuransi, makin cepat pula risiko tersebut terproteksi bagi Anda. Memang, Anda akan merasa berat karena membayar untuk sesuatu yang belum Anda terima manfaatnya. Tetapi, sama seperti pelayan yang pintar yang juga harus bersakit-sakit dahulu membawa beban minyak yang lebih berat, akhir yang mereka dapatkan adalah ikut serta dalam pesta perkawinan (tidak ditinggal di luar seperti pelayan yang bodoh).
Artinya, untuk mendapatkan kebahagian kita memang harus bersakit-sakit dulu. Untuk asuransi yang sebaiknya dimiliki, saran saya cobalah memiliki asuransi yang lengkap. Mulai dari jiwa, kesehatan (kalau tidak di-cover kantor), dan kerugian baik itu rumah maupun barang lainnya.
Semoga jawaban di atas bisa memberikan wawasan yang baru tentang perencanaan keuangan Anda.

Diasuh oleh: Eko Endarto, RFA
Konsultan Perencana Keuan
Konsultan Perencana Keuangan
Biro Perencanaan Keuangan
Safir Senduk dan Rekan.
perencanakeuangan.com


Jumat, 1 September 2006
Perjumpaan dengan Yesus
“Lalu bangunlah mereka dan terus kembali ke Yerusalem. Di situ mereka mendapati kesebelas murid itu. Mereka sedang berkumpul bersama-sama teman mereka” (Luk. 24:33).

Mengapa Kleopas dan seorang temannya berjalan kaki Yerusalem — Emaus—Yerusalem dalam satu kali perjalanan? Jawabnya karena mereka bertemu Yesus. Harapan mereka telah pupus ketika Yesus mati di kayu salib. Makanya mereka kembali ke kampung halaman tercinta. Kekecewaan yang bergelayut di hati mereka menambah pudarnya harapan untuk lepas dari penjajahan Romawi.
Dalam perjalanan, Yesus Kristus menyertai mereka, tapi mereka tidak mengenal-Nya. Kekecewaan membutakan mata mereka. Di tengah jalan, Yesus mengajar dan mendidik mereka untuk mengenal Kitab Suci lebih dalam lagi. Sesampainya di kampung Emaus, Yesus menampakkan diri dengan mencuil-cuil roti dan dibagikan pada mereka. Kebiasaan Yesus itu membuka mata hati mereka. Yesus mengambil alih posisi sebagai tuan rumah yang membagi roti. Yesus Kristus bertahta di dalam hati mereka, sehingga mereka mengenal-Nya sebagai Tuhan yang hidup.
Setelah peristiwa itu, mereka segera kembali ke Yerusalem untuk memberitahu saudara-saudara yang lain. Perjumpaan dengan Yesus membawa semangat yang bergelora sampai-sampai rasa lelah pun tak dirasakan. Kelelahan dan kecapaian terkubur dalam sukacita karena Yesus bangkit. Ada satu kerinduan untuk memberitakan dan membagikan pengalaman itu pada saudara-saudara mereka di Yerusalem.
Anda telah berjumpa dengan Yesus? Rindukah Anda membagi sukacita itu kepada sesama? Perjumpaan Anda dengan Yesus Kristus tentunya membawa perubahan radikal pada hidup Anda. Seyogianya kita belajar membagikannya kepada orang lain. Malam ini, marilah kita berintrospeksi. Sejauh mana perjumpaan dengan Yesus telah melandasi segala yang kita kerjakan! (en)

Bapa, beri aku keberanian mengabarkan pengalaman bersama dengan-Mu kepada orang-orang yang belum percaya.


Sabtu, 2 September 2006
Indahnya Saling Menanggung Beban
“Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus. Sebab kalau seorang menyangka, bahwa ia berarti, padahal ia sama sekali tidak berarti, ia menipu dirinya sendiri” (Gal. 6:2-3).

“Selain masih memiliki darah Aceh, saya juga memiliki ikatan batin karena dulu memerankan Cut Nyak Dien. Karena itu, melalui film Serambi, saya ingin menggugah solidaritas kita terhadap permasalahan kompleks di sana,” kata Christine Hakim. Film Serambi ingin menggambarkan potret kehidupan masyarakat Aceh pasca tsunami. “Persoalan Aceh sebelum tsunami sudah sangat kompleks, apalagi sesudah tsunami,” ujar Christine. Ketegaran masyarakat Aceh menghadapi musibah digambarkan lewat tokoh berusia 12 tahun yang kehilangan ibu dan adiknya.
Lebih jauh Christine mengingatkan bahwa tsunami di Aceh merupakan tempat perenungan bagi kita yang masih hidup. “Tidak hanya untuk Aceh saja, tapi juga korban tanah longsor, banjir bandang, dan gempa yang terjadi belakangan ini. Kita tidak bisa hanya menitikkan air mata. Kita harus melihatnya secara cerdas dan dengan kepekaan,” tegas Christine.
Di tengah-tengah kehidupan yang sulit karena sikap pemerintah, rasul Paulus menasihati agar orang-orang Kristen Roma tetap kuat. Kekuatan yang ia harapkan itu adalah kekuatan dari Tuhan yang mereka peroleh dengan menjalankan hidup saling mendukung dan menopang. Paulus tahu, melalui praktik “saling” akan dihasilkan daya tahan luar biasa.
Hingga saat ini apa yang Paulus katakan tetap aktual. Salah satu sumber kekuatan kita adalah ketika kita belajar saling menanggung beban sebagai sesama saudara seiman. Setelah seharian bekerja, sebelum beristirahat marilah kita bersyukur untuk kehadiran rekan-rekan sekerja yang memungkinkan kita meraih kemajuan. (rap)

Bapa, tologlah aku agar senantiasa menjaga kebersamaan dan menaruh peduli pada keadaan orang lain.







Minggu, 3 September 2006
Akibat Keras Hati
“Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar pada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu maka Ia akan meluruskan jalanmu” (Ams. 3:5-6).

Seekor kucing terjebak di halaman rumah saya. Satu-satunya jalan keluar yang dia lihat adalah tembok belakang yang tingginya 3 meter. Berkali-kali ia terjatuh saat melompat tembok itu. Saya berinisiatif membantu dengan menyandarkan sebilah bambu panjang. Kucing ini malah panik. Karena berisik, kucing itu saya usir ke pintu yang menghubungkan ruang tengah dan ruang tamu dengan harapan ia melihat pintu itu dan berlari melaluinya. Namun, ia justru menyerang saya. Suami saya berusaha mengeluarkannya namun kucing galak ini tak memberi kami kesempatan. Selama 2 malam kucing ini bertahan di pojok pekarangan yang berumput dan basah. Makanan yang saya letakkan di dekatnya pun tak disentuhnya. Gemas melihat kebodohan dan kekerasan hatinya, suami saya memukul dan mendorong dengan keras ke arah pintu dapur. Barulah kucing ini melihat jalan keluar dan lari terbirit-birit.
Terkadang di hadapan Tuhan, kita kerap bertingkah seperti kucing ini. Kita cenderung lebih percaya pada pemikiran kita dalam menyelesaikan masalah padahal Tuhan lebih mengetahui cara atau jalan terbaik bagi kita. Mau tak mau, akhirnya Tuhan terpaksa “memukul” kita agar kita kembali pada jalan-Nya. Meskipun sakit, namun itu membawa pertobatan dalam hidup kita.
Andai kita tidak mengeraskan hati dan mudah menuruti kehendak Allah, tentulah kita tidak akan mengalami banyak masalah. Mengeraskan hati tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Karena itu, tidak ada ruginya kalau kita belajar menurut pada didikan Allah. (mes)



Bapa, lembutkan hatiku agar dalam segala hal yang kukerjakan aku tidak bersandar pada pengertian sendiri.

Senin, 4 September 2006
Melatih Kepekaan
“Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Mat. 25:40).

Suatu ketika, saya naik bus. Hujan yang sangat deras dan kondisi bus yang sudah tak begitu baik membuatnya bocor. Salah satu tempat yang bocor tepat di atas bahu seorang anak SD. Dia tidak bisa berdiri atau bergeser karena bus penuh sesak. Seorang mahasiswi yang berdiri di sebelah anak itu melakukan sesuatu yang menurut saya tidak terpikir oleh kebanyakan orang di bus itu, termasuk saya. Ia menadahkan tangannya di tempat yang bocor sehingga air yang menetes dari atap bus tidak mengenai anak itu. Ia melakukan itu terus hingga anak tersebut turun dari bus. Saya membatin dalam hati, seandainya saya berdiri di tempat mahasiswa itu berdiri, akankah saya melakukan hal yang sama?
Kita acap kali kurang peka dan kurang peduli terhadap keadaan orang lain. Kita terlalu sibuk memikirkan keadaan diri sendiri, apalagi jika kita berada dalam ketidakberdayaan atau situasi sulit. Dalam perjalanan maut-Nya ke Golgota, Yesus masih sempat menghibur wanita-wanita Yerusalem yang menangis. Ketika berada di ujung kematian, Dia justru mendoakan orang-orang yang menyebabkan penderitaan-Nya, padahal tidak ada penderitaan yang melebihi derita-Nya! Namun Dia tetap peduli dengan orang-orang di sekitar-Nya, bahkan orang-orang yang menyakiti-Nya.
Kadang, tidaklah susah melakukan kebaikan kecil, hanya dibutuhkan kemauan dari dalam diri kita untuk melakukan hal tersebut. Jika untuk kebaikan kecil saja kita enggan melakukannya, bagaimana kita bisa menjadi saluran berkat bagi kehidupan orang lain? (win)

Ya Tuhan, walau bagaimanapun keadaanku, malam ini Engkau mengingatkanku untuk selalu peduli terhadap orang lain.

Selasa, 5 September 2006
Mengapa Kamu Tidak Mengajak Aku?
“Banyak orang Samaria dari kota itu telah menjadi percaya kepada-Nya karena perkataan perempuan itu, yang bersaksi: "Ia mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat" (Yoh. 4:39).

Ada dua orang rekan bisnis yang sudah menjalin hubungan selama 20 tahun. Suatu kali mereka makan pagi bersama di restoran pada hari Minggu. Ketika berpisah, salah seorang bertanya, “Dari sini kamu mau ke mana?” Andre menjawab, “Saya mau ke gereja.”
“Mengapa kamu tidak menyingkirkan hal-hal yang berbau gereja?” tanya temannya.
Andre kaget dan bertanya, “Apa maksudmu?”
Temannya berkata, “Kita telah berteman selama 20 tahun. Kita telah bekerja sama, rapat, makan, melakukan kerja sama, dan selama 20 tahun ini kamu tidak pernah mengajak saya ke gereja. Jelas gereja bukan merupakan sesuatu yang terlalu berarti bagimu.”
Sering kali kita bersikap seperti Andre. Kita telah berteman berpuluh-puluh tahun tetapi kita tidak pernah mengajak teman kita untuk mengenal Tuhan dan Juruselamat kita. Perempuan Samaria, yang selama hidupnya bergelimang dengan dosa, ketika berjumpa dengan Yesus dan merasakan jamahan kasih-Nya, ia langsung bercerita kepada semua orang tentang hal yang sudah Yesus lakukan kepadanya sehingga banyak orang tertarik untuk bertemu dan mengenal Yesus. Akhirnya mereka pun menjadi kelompok orang percaya karena kesaksian perempuan ini.
Sayangnya, banyak orang percaya, meski telah merasakan jamahan Kristus, tetap menutup mulut dan tidak mau bersaksi. Alasannya biasanya malu dan takut tertolak. Jika kelahiran baru dan pengampunan dosa sungguh-sungguh berarti bagi kita, kita pasti tidak bisa tutup mulut. Kesaksian sesederhana apa pun, mampu membawa pertobatan bagi orang yang mendengarnya. (jt)

Tuhan, ampuni kalau selama ini aku menikmati pengampunan-Mu hanya untuk diri sendiri. Mulai esok hari, aku hendak apa yang telah kualami kepada para temanku.


Rabu, 6 September 2006
Takut pada Manusia Mendatangkan Jerat
“Takut kepada orang mendatangkan jerat, tetapi siapa percaya kepada TUHAN, dilindungi” (Ams. 29:25).

Kita semua tentunya pernah membaca kisah Saul, Raja Israel yang pertama. Ia hidup dalam ketidaktaatan. Salah satu ketidaktaatannya yaitu ketika Allah menyuruhnya menumpas seluruh orang Amalek beserta segala hewan ternaknya. Namun Saul tidak menaatinya. Ia tidak membunuh Raja Amalek dan menyisakan kambing kambing, domba, dan lembu terbaik serta barang berharga lainnya (1 Sam 15:9). Akibat ketidaktaatannya, TUHAN menolaknya sebagai raja karena ia telah menolak Firman Tuhan (1 Sam 15:23).
Saul dihadapkan pada dua pilihan sulit. Satu sisi ia harus menyenangkan dan memuaskan rakyat. Disisi lain ia harus menaati Firman Tuhan. Sayang, ketakutannya pada manusia melebihi ketaatannya pada firman Tuhan. Saul berani membantah perintah Tuhan hanya karena takut pada manusia.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita akan seperti Saul yang tidak berani mengambil risiko untuk menaati firman Tuhan? Pada saat kita diperhadapkan pada sebuah pilihan baik di sekolah, tempat kuliah, atau dalam pekerjaan kita, apakah kita tetap memilih takut akan Tuhan dan berani mengambil risiko dibenci oleh lingkungan sekitar? Ataukah kita lebih memilih untuk menyenangkan hati manusia meskipun itu berarti kita menyakiti hati TUHAN?
Takut akan Tuhan cepat atau lambat selalu mendatangkan berkat. Namun takut akan manusia, selalu mendatangkan masalah. Karena itu, sangatlah bijaksana jika kita belajar untuk mempunyai cara pandang seperti Yosua dan Kaleb, beriman dan percaya pada janji Allah. Masihkah kita takut pada manusia? (mhn)

Tuhan, ajari aku agar mampu menempatkan rasa takut secara benar sehingga tidak menyakiti hati-Mu.

Kamis, 7 September 2006
Memori Tak Terlupakan
“Akuilah dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu (Ams. 3:6)

Ada lagu lama pop Indoensaia yang hingga kinimasih serimg dinyanyikan banyak orang. Salah satu lagu tersebut adalah Sepanjang Jalan Kenangan. Memang, masa lalu yang indah atau yang pahit sering membayangi kehidupan manusia. Ada berbagai pendapat di kalangan orang percaya tentang masa lalu. Salah satu pendapat berkata bahwa kita tidak boleh mengingat masa lalu. Namun ada juga yang berpendapat sebaliknya. Kita perlu mengingatnya sebagai dasar untuk melanjutkan kehidupan di masa kini ataupun masa yang akan datang. Dalam hal ini saya tidak ingin berpendapat, mana yang benar dari kedau pendapat tersebut.
Ada pula ahli maupun tokoh yang berpendapat bahwa hal yang baik atau manis perlu dikenang, sedang yang pahit dijadikan pelajaran yang bermanfaat bagi kita. Untuk hal ini pun saya tidak berpendapat. Namun, ada satu kenangan tak terlupakan yang akan sangat berarti dan memengaruhi serta mengubah seluruh aspek hidup kita, yaitu penebusan Tuhan Yesus atas hidup kita.
Nah, kalau yang satu ini tidak bisa tidak, semua kita harus benar-benar mengenang dan mengingatnya. Banyak orang percaya yang justru melupakan yang satu ini dan mengingat-ingat hal lain yang tidak harus diingat. Keadaan ini justru membuat mereka tidak semakin membaik namun sebaliknya semakin hari semakin menjauh dari Tuhan. Sudah barang tentu, dalam keadan seperti ini secara mendadak kehidupan kita berubah serta menimbulkan banyak persoalan yang semestinya tidak perlu terjadi dalam hidup kita. Perhatikanlah apa yang dikatakan Pengkhotbah 2:11, “Ketika aku meneliti segala pekerjaan yang sudah dilakukan tanganku dan segala usaha yang telah kulakukan untuk itu dengan jerih payah, lihatlah segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin; memang tidak ada keuntungan di bawah matahari.”
Kalau kita selalu mengingat akan penebusan Yesus, segala apa yang terjadi, apa yang kita alami, apa yang kita derita, beban dan persoalan dan bahkan tindakan serta perilaku kita akan terkontrol. Hal ini akan membuat Allah berkenan dan kita akan selalu mendapatkan kekuatan yang luar biasa. Mari kita buat penebusan Yesus atas kehidupan kita sebagai satu-satunya memory tak terlupakan! (ap)

Tuhan, malam ini aku mengucap syukur di antara banyak hal yang harus kuingat, hanya ada satu hal yang paling melekat di hidupku yaitu penebusan-Mu!

Iman yang Berakar
“Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur” (Kol. 2:7).

Marilah kita memerhatikan suatau pohon yang menurut pendapat umum sangat baik kualitas dan mahal harganya, pohon jati. Pohon ini semakin lama akan semakin tinggi dan besar batangnya. Galihnya akan terlihat jelas, akarnya semakin ke dalam, cabangnya semakin banyak dan daunnya semakin rimbun. Semakin tua kayu jati harganya semakin mahal.
Melalui pohon jati kita memperoleh beberapa pelajaran penting dari Tuhan Yesus. Pertama, kita berharga tinggi di mata Allah. Karena kita berharga maka Allah menyelamatkan kita melalui pengorbanan Yesus Kristus. Kedua, semakin dekat dengan Allah. Perhatikan ujung pohon jati yang semakin melangit. Menujukkan hidup kita semakin melangit. Menujukkan hidup kita semakin lama semakin dekat dengan Surga. Semakin lama semakin berserah penuh kepada Allah. Ketiga, iman kita semakin mendalam. Akar-akar jati semakin lama semakin menancap ke tanah. Iman percaya kita kepada Yesus Kristus semakin berakar. Hidup kita pun semakin tegak dan kokoh, tidak mudah diombang-ambingkan oleh pencobaan dunia yang tidak menentu. Keempat, menjadi saluran berkat dan sukacita. Daun dan cabang-cabang jati yang rimbun dan banyakk semakin berdaya guna. Membuat sukacita bagi sesama.
Belajar dari keberadaan pohon jati, marilah hidup kita yang berharga kita persembahkan kepada Allah yang telah menanam kita. Ketika kita serahkan secara penuh kepada Allah, maka Allah membuat hidup kita semakin berdaya guna. Allah menjadikan kita sebagai asluran berkat-berkat-Nya bagi sesama. Iman adalah penyerahan diri secara total kepada Allah tanpa memperhitungkan untung rugi. Inilah iman yang bekerja! (en)

Bapa, aku serahkan keberadaan diriku. Bekerjalah agar semakin lama semakin nampak karya-Mu yang menyelamatkan.

Kejujuran
“Berliku-liku jalan si penipu, tetapi orang yang jujur lurus perbuatannya” (Ams. 21:8).

Seorang ibu mampir di kios penjual daging untuk membeli ayam. Penjual itu mengambil ayam terakhir dari dalam tong dan menimbangnya, lalu memberitahu ibu itu beratnya. Wanita itu ingin membeli daging ayam yang sedikit lebih berat. Maka si penjual memasukkan ayam itu ke tong dan mengambilnya lagi seolah-olah itu ayam yang lain. Ia menimbangnya serta berkata, “Ayam ini lebih berat ½ kg dari ayam tadi.” Ibu itu berpikir sebentar dan berkata, “Baiklah, saya mau beli kedua-duanya.” Nah, lho!
Kebohongan jarang melepaskan kita dari masalah, sebaliknya kebohongan sering kali menempatkan kita pada situasi yang sulit sehingga kita perlu merancang kebohongan lain untuk mempertahankan kebohongan yang sebelumnya.
Yakub terkenal sebagai pembohong ulung yang berhasil mengecoh kakak dan ayahnya. Awalnya ia bisa meraih kesuksesan dengan kebohongannya. Namun orang yang menabur pasti akan menuai. Yakub kemudian bertemu Laban dan bekerja padanya. Di situlah ia kena batunya. Laban menipu Yakub dalam hal upah yang ia terima dan perempuan yang akan ia peristri. Bukannya memberi Rahel, Laban malah memberi Lea supaya Yakub mau bekerja 7 tahun lagi padanya. Namun, melalui pergumulan pribadi dengan Tuhan, kaki Yakub yang sering dipakai untuk menjegal dilumpuhkan. Namanya pun diganti menjadi Israel, pangeran Allah.
Kebohongan tidak pernah bisa menyelesaikan masalah. Hanya kejujuranlah yang akan membuat kita mampu keluar sebagai pemenang. Ingatlah selalu! Orang yang jujur jalannya pasti akan mujur hidupnya. (jt)

Tuhan, ampuni kalau selama ini kami memandang kebohongan sebagai senjata jitu untuk melepaskan kami dari masalah. Ajari kami untuk selalu berkata jujur.


Memelihara Nilai Kebenaran
“Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu” (2 Tim 1:5).

Seorang rohaniwan Pasturan Ganjuran, Bantul, pernah menyatakan bahwa bibit adalah sumber kehidupan. Pernyataan itu digunakan untuk menjelaskan betapa sangat menentukannya jenis bibit padi bagi kesejahteraan petani.
Revolusi hijau yang mengejar target produksi untuk peningkatan pangan, ternyata memorakporandakan pertanian. Dalam perjalanan revolusi hijau, tercatat ribuan hektar sawah gagal panen karena terserang hama wereng. Penggunaan bibit hasil laboratorium industri besar yang menghasilkan padi jenis IR, Pb, dan lainnya, bukan hanya memunculkan hama wereng, tetapi juga merusak tanah. Selain itu hasil produksi pun terkontaminasi pestisida yang membahayakan manusia. Di Gunung Kidul, setidaknya masih ada beberapa petani yang tidak ingin warisan leluhur mereka hilang bagitu saja. Di tengah tren tanaman padi jenis IR, mereka berupaya mempertahankan tradisi dengan menanam padi seperti biasanya.
Sebagai orang beriman kita juga mewarisi tradisi kebenaran yang kita terima melalui generasi ke generasi. Sayangnya, banyak orang yang tidak menghargai kebenaran firman. Mereka menganggap hal itu sebagai hal remeh dan ketinggalan zaman. Mereka akhirnya mencari kebenaran dari dunia yang lagi tren dan popular.
Jika kita rindu mengalami kemenangan, mari kita belajar mendalami firman Tuhan yang sudah diberikan dari generasi ke generasi. Kiranya kebenaran itu mampu kita pelihara sehingga mewarnai kehidupan yang kita bangun baik di rumah, tempat kerja maupun masyarakat tempat kita berada. (had)

Tuhan Yesus, tolonglah aku agar mampu menjaga tradisi kehidupan berdasar pada nilai-nilai kebenaran firman-Mu.

Arti Sebuah Nama
"Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku” (Yes. 43:1).

Waktu melamar kerja, saya gusar mendengar nama saya dipanggil dengan ejaan yang salah! Waktu itu saya memang tak bermaksud mengoreksinya, namun saya yakin setiap orang merasa tidak enak kalau namanya dipanggil dengan tidak benar. Kebanyakan orang cenderung menyepelekan nama sehingga tak memberi perhatian dalam cara mengucapkannya. Mungkin inilah salah satu pemicu munculnya ungkapan “apalah arti sebuah nama”. Ungkapan ini jelas tidak alkitabiah karena nama akan menjelaskan tujuan hidup orang itu. Dalam Alkitab, Tuhan sendiri terlibat langsung untuk memberi nama kepada hamba-hamba-Nya. Nama Abraham, Sara, Ishak, Israel, Yohanes, Simon Petrus, dan Paulus ditentukan langsung. Kalau nama tidak demikian penting, tidak mungkin Tuhan merasa perlu memberi atau mengganti nama orang-orang pilihan-Nya.
Mungkin nama yang diberikan orangtua kita tidak memiliki arti atau tidak enak didengar. Akan tetapi, Tuhan mengenal dan memanggil kita secara pribadi dengan nama kita masing-masing (Yesaya 43:1). Kelak pun bila waktu-Nya tiba, kita akan diakui-Nya menurut nama kita masing-masing sebagaimana yang ditulis-Nya dalam kitab kehidupan (Wahyu 3:5). Hal ini menunjukkan betapa setiap orang begitu khusus dan berharga di mata-Nya.
Jika Bapa di surga begitu menghargai nama anak-anak-Nya, kita pun seharusnya melakukan hal yang sama. Kita perlu belajar menghargai nama orang lain dengan tidak melecehkan atau meremehkannya karena ada sebuah tujuan hidup yang sudah ditetapkan di balik nama yang disandangnya. (mes)

Bapa, terima kasih karena Engkau mengenal dan memanggilku dengan namaku sendiri. Itu menunjukkan betapa spesial dan berharganya aku di mata-Mu. Ajarlah aku menghargai namaku dan nama sesamaku.

Langkah Kecil untuk Lompatan Besar
“… agar mereka yang sudah percaya kepada Allah sungguh-sungguh berusaha melakukan pekerjaan yang baik. Itulah yang baik dan berguna bagi manusia” (Tit. 3:8)

Ketika Neil Amstrong melangkah dari anak tangga terakhir pesawat dan menapakkan kaki di permukaan Bulan, ia berkata: “That’s one small step for a man, but one giant leap for mankind”. Artinya, “Ini adalah langkah kecil seorang manusia, namun lompatan besar bagi umat manusia”. Dan benar, peristiwa itu menjadi momentum bersejarah bagi dunia.
Terkadang, kita terlalu terobsesi untuk melakukan segala sesuatu yang besar, heroik, dan layak dikenal atau dihargai orang. Namun, bagaimana jika yang kita lakukan itu di luar batas kemampuan kita? Kita mungkin tidak bisa seperti Neil Amstrong, Albert Einstein, Henry Ford, Soichiro Honda, atau ilmuwan lain. Kata-kata Amstrong bisa menginspirasi bahwa untuk membuat suatu perubahan, tidak harus dengan melakukan hal-hal besar di luar batas kemampuan namun kita bisa memulainya dengan tindakan kecil.
Malam ini, mari kita perbaiki diri. Bukan sekadar menyesali atau meratapi hal-hal buruk yang kita alami, melainkan untuk merencanakan langkah hidup kita ke depan. Kita buat perubahan, meski kecil, yang dimulai dari diri sendiri. Kita berkaca pada kata-kata Neil Amstrong, bukan untuk menjadi sepertinya, melainkan untuk selalu mengingatkan kita bahwa meskipun kita tidak bisa melakukan berbagai hal besar dan heroik, tetapi kita bisa melakukan hal kecil dengan cinta yang besar, yaitu menyelesaikan pekerjaan kita sekecil apa pun dengan sebaik-baiknya. Tidak mustahil dari langkah kecil yang kita ambil, akan terjadi lompatan besar bagi kemajuan hidup kita. (win)

Tuhan, ingatkan aku untuk tidak terlalu terobsesi dengan keberhasilan orang lain yang hanya akan membuatku semakin terpuruk dan menyerah sebelum berusaha.

Kehausan di Dekat Sumber Air
“Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu” (Luk. 15:31).

Beberapa tahun lalu, kru pelaut Peruvian berlayar menuju sungai Amazon. Di sana mereka melihat kapal Spanyol yang sedang berlabuh di pantai dan semua anak buah kapal itu terbaring lemah. Kondisi mereka sangat menyedihkan. Bibir mereka pecah-pecah karena kehausan. Mereka memerlukan air. Kru pelaut Peruvian memberitahu mereka untuk menurunkan ember ke bawah, tetapi anak buah kapal Spanyol itu mengira mereka salah paham, “Kami perlu air segar.” Jawabannya tetap sama. Anak buah kapal itu menurunkan ember dan mengambil air. Ternyata air itu memang tawar. Selama berhari-hari mereka hampir mati di muara sungai Amazon yang berlimpah air tawar.
Kita sering seperti anak buah kapal Spanyol atau anak sulung dalam kisah anak yang hilang (Luk15:11-32). Anak sulung merasa jengkel dan marah-marah kepada bapanya karena merasa bapanya pilih kasih. Anak bungsu yang sudah bersikap kurang ajar dan menghambur-hamburkan uang, begitu pulang langsung disembelihkan lembu tambun dan dipestakan. Sedang dia yang tidak pernah membuat masalah dan selalu menaati bapanya, tidak pernah disembelihkan satu pun anak kambing. Lalu bapanya dengan sabar menjelaskan, “Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu.”
Jangan sampai kita mati kehausan dekat sumber berkat Bapa. Jika kita tidak menyadari posisi kita, kemungkinan besar kita akan bersikap seperti anak sulung dan kru kapal tersebut. Kita mengeluh dan bersungut-sungut padahal kita sudah dikelilingi berkat yang melimpah! (jt)

Bapa, ajar aku menyadari hakku sebagai anak Allah. Jangan biarkan aku mati kehausan di dekat sumber berkat yang telah Engkau sediakan.

Kejemuan
“Segala sesuatu menjemukan, sehingga tak terkatakan oleh manusia; mata tidak kenyang melihat, telinga tidak puas mendengar” Pengkotbah 1:8.

Seringkali kita merasa bosan saat melakukan kegiatan yang rutin. Mungkin kita jenuh saat mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dosen; kita bosan saat mencari pekerjaan sehingga jemu melamar ke sana ke mari tanpa mendapatkan hasil seperti yang kita inginkan; kadang kita bosan menjalin hubungan dengan sahabat kita. Saat kebosanan terasa begitu mencekik, kita kerap kehilangan semangat dan menemukan jalan buntu untuk setiap hal yang kita lakukan, kita cenderung memilih untuk mengeluh dan tidak berbuat apa-apa.
Adakah cara untuk membuat hidup kita lebih bahagia? Mari kita melihat kehidupan Paulus. Meskipun hidupnya penuh dengan penderitaan karena salib Kristus, tetapi tak pernah sepatah kata pun ia mengeluh bosan karena tugas rutinnya sebagai pemberita Injil. Paulus mengatakan, “Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang ada di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus” (Filipi 3:13,14).
Paulus mempunyai tujuan hidup, itulah yang membuat ia mampu bertahan dan tetap setia melakukan tanggung jawab rutinnya. Setiap detik hidupnya digunakan untuk mencapai sasaran itu. Bagaimanakah dengan Anda? Dapatkah Anda mengatasi kejemuan? Atau jangan-jangan Anda telah kehilangan fokus dan tujuan hidup? Datanglah pada kasih karunia, biarkan Dia menyegarkan visi hidup Anda kembali. (mhn)

Tuhan, tolonglah aku agar mampu menjaga fokus hidup dengan selalu memuliakan nama-Mu.


0 Comments:

Post a Comment

<< Home